Penting!

Story - Diary Putra dan Nana 1

“Aku Akan Menunggumu...”

12 November 2013.
Ada seorang laki-laki bernama Putra yang sudah menjomblo selama satu tahun. Dikatakan sudah tidak laku, tidak juga. Setahun waktu yang masih bisa dibilang normal untuk orang yang berusaha move on dari yang namanya ‘mantan’. Dikatakan laris, juga sudah pasti tidak. Karena dia belum mendapat pengganti dari mantannya. Padahal mantan Putra sudah mempunyai kekasih dari beberapa bulan setelah mereka berpisah. Malang bukan sih? Hahaha. Tak perlu khawatir, walaupun Putra belum mendapatkan pengganti mantan, namun dia sudah banyak dikelilingi wanita yang tiap malam bergantian memenuhi memori ponsel textnya. Banyak sekali yang mengirim pesan untuknya setiap malam. Dan tak lupa dibalas oleh Putra semuanya. Hufty banget. Bahkan tak sedikit dia yang mulai duluan untuk mengobrol bersama wanita lain. Putra bisa dibilang ‘playboy’. Bagaimana tidak? Tingkahnya yang dikelilingi banyak wanita disetiap harinya dan disambut hangat olehnya. Namun pada hari ini, dia memberanikan diri untuk mengajak seorang wanita untuk berkencan, ya kencan pertama dalam pertemanannya dengan wanita ini. Entah wanita in bodoh atau tolol, namun wanita ini mau diajak kencan sama Putra, yang dianggap playboy oleh wanita ini. Sungguh luar biasa bukan pesona Putra? Padahal belum lama mereka berkenalan. Baru sekitar kurang lebih 3 bulan.
Wanita ini bernama Nana. Nana Subroto. Wanita yang bisa dikatakan tidak cantik, berkulit sawo matang, tidak tinggi, hanya bertinggi 155cm, namun memiliki senyuman yang membuat hati laki-laki meleleh saat melihatnya. Entah apa yang dipikiran Nana, sampai dia menerima ajakan kencan Putra Handoyo. Seorang laki-laki yang selama 3 bulan ini dekat dengan Nana. Yang sering mengganggu dengan tingkahnya maupun text message-nya. Sebelum Nana dekat dengan Putra, Nana belum pernah berhubungan dengan laki-laki manapun. Dia hanya dekat namun tidak pernah ada status. Hanya teman biasa, seperti lainnya. Hati Nana juga belum pernah diserahkan kepada laki-laki manapun.
Karena ini adalah kencan pertama, dan Nana belum mengatakan apapun kepada orang tua Nana karena ini hanya teman biasa. Belum saatnya untuk bercerita apapun. Mungkin setelah ini, pikirnya.
Putra dan Nana bertemu di toko buku Gramedia. Pukul 12.30 WIB mereka bertemu. Keduanya saling gugup satu sama lain. Apalagi Nana. Ini adalah hal yang ertama dia alami. Rasa apa ini??? Lebih aneh daripada harus bertemu dengan orang baru yang belum Nana kenal. Setelah berbasa-basi, Putra mengajak  Nana untuk makan siang di restaurant baru yang ada di Semarang. Restaurant seefood. Yap, itu salah satu makanan favorit Nana. Pintar nian si Putra memilih tempat.
Mereka menyantap makan siang dengan riang. Tak jarang mereka mengobrol dan lebih memahami pribadi masing-masing. Putra bertanya kepada Nana dan Nana bertanya balik kepada Putra. Untuk hari ini, sudah lumayan cukup informasi yang mereka dapat dari hasil mengobrol saat makan siang. Obrolan yang menyenangkan. Tak terasa mereka sudah hampir 2 jam di restaurant itu.  Mereka berganti tempat. Sebelum pulang, mereka mampir ke Bakso Kumis untuk membeli bakso titipan mamahnya Putra. Yah itu adalah bakso kesukaan mamahnya Putra.
Sembari menunggu pesanan bakso, kita saling bercanda. Yang tadinya mengobrol kaku, mulai berani bertanya pribadi, hingga berlanjut bercanda ria di depan umum. Sungguh kemajuan yang sangat significant dalam waktu satu hari itu. Pesanan sudah jadi, namun Putra enggan untuk pulang. Dia mengajak Nana untuk jalan-jalan sebentar. Semakin mengenal pribadi masing-masing. Hari itu juga pertama kali Putra menggandeng tangan Nana dengan lembut. Dengan perlahan tangan Putra menyentuh jemari Nana, hati Nana berdetak kencang dalam satu detik itu. Mata Nana terbelalak seketika, kaget. “Apa yang harus aku lakukan ini???”, batin Nana.
Namun tak ada penolakan dari Nana. Nana menyerahkan tangannya untuk digengam erat oleh Putra. Newest moment for Nana. Its amazing feel!
Tangan Nana terus digandeng Putra sampai di parkiran motor. Dilepas saat mereka sudah ada di motor untuk pulang. Beberapa detik setelah mereka jalan untuk pulang, hujan mulai turun. Baju mereka hampir basah semuanya. Tangan Nana dengan erat memeluk perut Putra untuk berlindung, motor langsung mengarah ke arah Indomaret terdekat untuk berteduh sejenak.
Sampai Indomaret, Putra langsung ke dalam untuk membeli minuman hangat untuk menghangatkan badan Nana. Sedangkan Nana menungu diluar, duduk sembari mengibaskan tangan ke baju untuk membersihkan kotoran cipratan motor mobil yang lewat. Tak lama Putra menemani Nana dan memberi minuman hangat kepada Nana. Putra ikut membantu membersihkan baju Nana. Tak menggubris dirinya sendiri, dimana bajunya jga kotor. Tangan Nana dipegang dan digosok-gosok ke depan dan ke belakang untuk membantu menghangatkan tangannya yang sangatdingin. Suasana yang romantis tanpa ada yang menggangu dan menyesali keadaan ini. Mereka saling pandang dengan hening. Lama nian itu rasanya. Padahal tak lebih dari 10 menit mereka hanya saling pandang dan tak berucap.
“Na..”, ucap Putra seketika. Wajahnya datar dan serius banget.
“haduh, plis jangan buat aku seperti ini. Kaku banget.”, batin Nana. “Ya”, jawab Nana setelah membatin.
“Belum lama kita kenal. Baru pertama kali aku nemuin wanita seperti kamu. Kamu sangat amat berbeda dengan wanita lain bahkan mantan-mantanku sebelumnya ynag sudah pernah aku ceritain”, ungkap Putra perlahan. Tangannya mulai bergetar.
Mata Nana semakin terbelalak, kaget. Dia hanya bisa menelan ludah yang sangat amat susah tak seperti biasanya.
Tak lama, Putra melanjutkan, “Tak ada sesal aku mengenalmu. 3 bulan ini banyak cerita yang kita tulis. Kau selalu mengisi hari-hariku dengan sempurna. Kau selalu ada di saat aku butuh kamu. Tak mudah juga aku mengalahkan seorang laki-laki yang juga mendekatimu. Usahanya lebih keras dari aku, namun sayang dia sudah tumbang dengan jawabanmu. Itu membuatku lega sekaligus takut untuk berada di sampingmu. Tapi tenang, tak ada niatan untuk mundur walau bagaimanapun keadaannya.”.
“Nana, aku memang belum punya apapun untuk aku banggakan dihadapanmu. Namun aku akan berusaha dan terus berusaha untuk selalu membahagiakanmu.”, Putra diam sejenak. “Maukah Kau menerima aku untuk selalu ada di hari-harimu dan merajut kisah baru bersamaku?” lanjut Putra.
Nana hanya diam mendengar Putra berkata seperti itu. Hatinya berdetak dengan kencang. Namun sayang, hatinya belum seutuhnya direbut oleh Putra. Dia tak akan main-main dengan yang namanya cinta. Ini yangpertama untuknya, jadi dia juga tidak akan manin-main dalam menerima seseorang baru.
Hujan deras berganti dengan rintik hujan, semakin membuat suasana menjadi tambah romantis. Namun sayang, Nana sedikit menghancurkan suasana tersebut. Tapi ini adalah pilihan. “Putra. Maaf sebelumnya. Aku sangat amat terkesan olehmu. Namun hatiku belum 100% kau rebut. Hatiku belum tergetar sempurna oleh cintamu. Aku tak akan mempermainkanmu. Au tak akan mempermainkan cinta. Aku akan menerima cinta yang datang kepadaku. Aku akan menerima cinta disaat hatiku sudah terpenuhi namamu dan wajahmu. Maaf sebelumnya.”

Putra menunduk. Kecewa dengan jawaban Nana. Namun seperti yang sudah dibilang oleh Putra tadi, bahwa dia tak akan mundur bagaimanapun keadaannya karena cinta Putra tulus, apa adanya untuk Nana. “Ini bagiku bukan penolakan yang sah. Ini adalah ungkapan hatimu. Aku tak akan memaksamu. Aku mengerti hatimu. Aku emnghargai apa yang kau rasakan. Justru aku akan marah jika kau menerimaku namum kau merasakan hal yang berbeda.”, ungkap Putra perlahan. “Aku akan terus berusaha untuk kau merasakan getar cintaku. Aku akan menunggumu. Jangan kau batasi hatimu untukku. Akan datang masanya disaat hatimu sudah penuh dengan namaku dan wajahku. Aku akan menunggumu”...

Luv

No comments:

Post a Comment